Krisis Nuklir Iran Memanas: AS Tarik Staf Diplomatik dari Timur Tengah, Ancaman Perang Mengintai
AS Evakuasi Personel Diplomatik, Iran Ancam Serang Seluruh Pangkalan Militer Amerika
iNews Bukittinggi- Amerika Serikat (AS) mulai menarik sejumlah staf diplomatiknya dari berbagai negara Timur Tengah menyusul eskalasi ketegangan dengan Iran terkait kebuntuan perundingan nuklir. Langkah ini diambil setelah Teheran secara terbuka mengancam akan menyerang seluruh pangkalan militer AS di kawasan jika konflik pecah.
Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi pemindahan personel tersebut, menyebut situasi di Timur Tengah “berpotensi sangat berbahaya.”
“Ya, mereka dipindahkan karena tempat itu bisa jadi berbahaya. Kami telah memberikan pemberitahuan untuk pindah, dan kita lihat apa yang terjadi,” ujar Trump di Washington, Kamis (12/6/2025).
Di Mana Staf AS Dievakuasi?
-
Kuwait & Bahrain: Laporan intelijen menyebutkan pemindahan personel dari kedua negara tersebut.
-
Negara Lain: Tidak menutup kemungkinan ada penarikan bertahap dari wilayah lain di Timur Tengah.
Ancaman Iran: “Semua Pangkalan AS dalam Jangkauan Rudal Kami”
Merespons tekanan AS, Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh mengeluarkan peringatan keras:
“Semua pangkalan militer AS berada dalam jangkauan kami. Jika konflik pecah, tanpa ragu kami akan menargetkan semuanya.”
Iran memiliki sejarah serangan balasan terhadap AS, termasuk tembakan rudal ke pangkalan militer di Irak pada Januari 2020 sebagai balasan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.
Baca Juga : Bukittinggi: Saksi Bisu Sejarah yang Kini Jadi Kota Wisata Unggulan
Kebuntuan Perundingan Nuklir: AS vs Iran
Perundingan nuklir antara AS dan Iran telah mentok setelah lima putaran pembicaraan sejak April 2025. Trump, yang sebelumnya optimis, kini mengaku “kurang yakin” kesepakatan bisa tercapai.
“Saya pikir mereka (Iran) sengaja menunda. Ini memalukan. Saya semakin pesimis,” kata Trump dalam wawancara dengan Pod Force One.
Isu Utama yang Memicu Ketegangan:
-
Pengayaan Uranium Iran
-
Saat ini Iran mengolah uranium hingga 60%, jauh di atas batas 3,67% dalam kesepakatan 2015.
-
AS dan sekutu Barat menuduh Iran mendekati kemampuan senjata nuklir (90% pengayaan).
-
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersikukuh bahwa “pengayaan uranium adalah hak yang tidak bisa dinegosiasikan.”
-
-
Sanksi Ekonomi AS
-
Iran menuntut pencabutan sanksi sebagai syarat utama kesepakatan baru.
-
AS enggan memberi keringanan sebelum Iran menghentikan pengayaan uranium tingkat tinggi.
-
Dampak Global: Kapal-Kapal Diperingatkan Waspada di Teluk
-
Operasi Perdagangan Maritim Inggris mengeluarkan imbauan agar kapal-kapal berhati-hati melintasi Teluk Persia karena risiko konflik.
-
Jika perang terbuka terjadi, gangguan pasokan minyak global bisa terjadi, memicu krisis ekonomi baru.
Mungkinkan Perang Terjadi?
-
AS: Trump menyatakan “tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir” dan siap menggunakan opsi militer.
-
Iran: Bersikeras pada hak nuklirnya, tetapi juga berharap diplomasi berhasil.
-
Israel: Diam-diam bersiap, dengan spekulasi bahwa mereka mungkin menyerang fasilitas nuklir Iran jika perundingan gagal.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
-
Dua Skenario:
-
Kesepakatan tercapai → Iran setuju batasi nuklir, AS cabut sanksi sebagian.
-
Kegagalan diplomasi → Konflik bersenjata atau serangan terbatas mungkin terjadi.
-
Kesimpulan: Dunia Menahan Napas
Ketegangan AS-Iran telah mencapai titik paling berbahaya sejak 2020. Jika diplomasi gagal, Timur Tengah bisa memasuki krisis baru dengan konsekuensi global.